Jejak-jejak sejarah meninggalkan banyak coretan usam pada mulut yang bercerita, pada batu dan tanah yang tersungkur untuk membangun. Sebut saja di Desa Belo Kecamatan Palibelo Bima dengan topografi desa dengan hamparan gunung, laut dan pertanian menambah indahnya solekan Belo dengan garis-garis sungai yang melintang mengapit perkampungan. 

Di atas gunung berdiri tegak gundukan batu diantara semak belukar seakan tempat itu menyimpan seribu misteri dan tempat itu bernama NGGALI NGGAWA. Dahulu diceritakan NGGALI NGGAWA adalah salah satu Ncuhi yang menempati lokasi tersebut dan menguasai daerah hamparan di sekitar itu. Ncuhi ini memiliki seorang putra mahkota yang ikut membantu memperlebar kekuasaannya. Kehidupan masyarakatnya yang damai dan Ncuhi yang adil dan bersahaja membuat namanya semakin tersohor. 

Diseberang selatan sana ada juga seorang penguasa yang menguasai wilayah selatan tetapi karakternya sangat jauh beda dengan Ncuhi NGGALI NGGAWA. RONTU ROKA begitulah julukan bagi penguasa di selatan ini dengan karakter yang keras bahkan ketika ada yang mencoba mengusiknya maka tidak tanggung-tanggung akan membunuhnya sehingga masyarakatnya penuh dengan ketakutan. Dia memiliki seorang putri yang sangat cantik tetapi mempunyai hati yang lembut dan sangat beda dengan ayahnya. Saking cantiknya terendus cerita sampai ke telinga putra mahkota dari NGGALI NGGAWA.

Seiring berjalanya waktu Tuhan mentakdirkan pertemuan antara Putra mahkota NGGALI NGGAWA dengan putri jelita RONTU ROKA dalam perburuan yang tak disengaja. Pertemuan itu meninggalkan bekas-bekas cinta yang semakin lama semakin melekat. 

RONTU ROKA sangat benci dengan kemakmuran dan kesejahteraan Ncuhi NGGALI NGGAWA dan berkehendak untuk melakukan penyerangan penaklukan terhadap Ncuhi NGGALI NGGAWA. Informasi ini sampai ke telinganya Ncuhi NGGALI NGGAWA dan putra mahkota. 

Demi menyelamatkan rakyatnya supaya tidak ada yang dikorbankan maka Ncuhi NGGALI NGGAWA mengirim utusan agar tidak melakukan penyerangan tetapi meminta pertarungan dilakukan satu lawan satu antara NGGALI NGGAWA dengan RONTU ROKA. Sontak saja RONTU ROKA menyetujuinya dengan syarat ketika RONTU ROKA menang maka daerah cekungan dibawah dua Ncuhi ini akan tetap menjadi laut tetapi apabila NGGALI NGGAWA menang maka akan menjadi dataran.

Kedua belah pihak sepakat dengan perjanjian itu. Segala persiapan mulai dipersiapkan baik kaitan tempat dan waktunya bahkan akan diawali dengan upacara bersama untuk memulai pertarungan itu. Putra mahkota NGGALI NGGAWA dan putri jelita RONTU ROKA tak mampu membendung keinginan dari orang tua mereka. Hingga sampailah pada saat yang ditentukan pada malam bulan purnama yang diawali dengan upacara bersama tanda dimulainya pertarungan. Pertarungan hidup dan mati itu membuat semua orang tegang termasuk kedua anak mereka yang sedang dilanda jatuh cinta. Gong pertanda dimulainya pertarungan menggaung begitu keras maka merekapun mulai bertarung. Jurus demi jurus mereka saling menyerang hingga purnama mulai tenggelam entah berapa lama mereka bertarung hingga akhirnya NGGALI NGGAWA akan mengakhiri pertempuran tersebut dengan menghunuskan pedangnya pada RONTU ROKA yang sudah tak berdaya, tapi tiba-tiba sang putra mahkota berteriak berhenti... sembari putri jelita RONTU ROKA memeluk sang ayahnya.

RONTU ROKA mengakui kekalahannya dan meminta agar NGGALI NGGAWA segera membunuhnya agar janji pertarungan hidup dan mati menjadi kenyataan. Kedua anak mereka menolak untuk adanya pembunuhan karena cinta yang tumbuh antara Putra mahkota NGGALI NGGAWA dengan putri jelita RONTU ROKA menginginkan kedua orang tuanya bersatu untuk sama membangun negeri ini. Atas nama cinta kedua anak-anaknya maka NGGALI NGGAWA dan RONTU ROKA bersatu dalam kekuasaan NGGALI NGGAWA. Kedua anak merekapun akhirnya menikah dan putra mahkota NGGALI NGGAWA menjadi Ncuhi menggantikan ayahnya dan istrinya menjadi ratu. Begitu pula dengan perjanjiannya maka lembah di bawah bukit menjadi dataran yang sekarang menjadi wilayah pertanian masyarakat Palibelo.

by. Akhmad Fansuri.